Sejarah dan Arkeologi Arabia Menunjukkan bahwa Mekah Tidak Ada Sebelum Jaman Kristen
Terdapat banyak sekali penemuan arkeologi dan prasasti2 di berbagai daerah Arabia.
Islam menyatakan bahwa Mekah adalah kota
kuno yang telah ada jauh sebelum jaman Kristus, bahkan sampai jaman
Abraham. Bantahan yang kuat akan pernyataan ini ditunjukkan dengan
tiadanya bukti keterangan apapun dalam bentuk monumen atau penemuan2
arkeologi. Kerajaan2 dan kota2 kuno Arabia memiliki sejarah yang kaya
yang masih ada sampai jaman sekarang melalui monumen2, prasasti2, dan
dokumen2 arkeologi. Semua keterangan sejarah ini memberikan para
arkeologis keterangan yang lengkap tentang raja2 yang berkuasa atas
kota2 dan kerajaan2 Arabia. Dalam banyak kasus, prasasti dan monumen
berbagai kota – terutama di daerah Arabia barat dan barat laut – bahkan
memberikan nama2 para pembantu raja2. Meskipun begitu, keterangan kaya
sejarah dan seluruh arkeologi ini tidak menyebut apapun tentang Mekah.
Berkenaan dengan banyaknya penemuan2
arkeologi Arabia, Montgomery berkata bahwa prasasti Assyria tidak
menunjukkan keterangan selengkap prasasti2 Arabia. [67]
[67] James Montgomery, Arabia and the Bible, University of Pennsylvania Press, Philadelphia, 1934, hal. 131
[67] James Montgomery, Arabia and the Bible, University of Pennsylvania Press, Philadelphia, 1934, hal. 131
Jika Mekah sudah ada sejak jaman kuno,
maka seharusnya Mekah akan mewariskan penemuan arkeologi lebih banyak
daripada daerah2 selatan dan utara Mekah yang keterangan sejarahnya
tertulis lengkap melalui berbagai prasasti.
Tiadanya keterangan tentang Mekah adalah
menarik karena Mekah dibangun pada jalur kafilah dagang antar berbagai
kerajaan Arabia, dan kerajaan2 ini tercatat dalam sejarah sebelum jaman
Kristus. Bahkan Mekah dibangun di atas jalur komersial terkenal antara
kota2 Arabia selatan dan utara yakni Qedar dan Dedan. Selain itu,
Mekah juga dibangun di dekat jalur dagang Laut Merah.
Para arkeologis menjelaskan bahwa
masyarakat Sabaea di Arabia barat laut telah memiliki keahlian menulis
sejak abad ke-10 SM. [68] Prasasti2 batu di Yemen barat laut merupakan
salah satu penemuan arkeologi terkaya diantara kebudayaan Timur Tengah.
Ribuan prasasti kuno ini masih ada sampai sekarang. Kebanyakan dari
prasasti itu tetap utuh dan tidak rusak, karena hujan jarang turun di
Arabia.
[68] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994, hal. 135
[68] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994, hal. 135
Di daerah2 Arabia utara, beberapa ratus
mil utara di mana Mekah kelak dibangun, banyak kota yang memiliki
berbagai prasasti yang dipahat di batu, dan prasasti2 ini menyatakan
berbagai nama dinasti yang berkuasa di kota2 tersebut. Dedan dan Teima
adalah kota2 yang terletak di jalur2 dagang terkenal. Monumen dan
prasasti2 batu dari kota ini cukup lengkap untuk menjelaskan sejarah
mereka sejak abad ke-8 dan 7 SM.
Bagaimana dengan Mekah? Mekah dibangun
di daerah yang memiliki berbagai masyarakat yang punya sejarah tertulis
lengkap (masyarakat Sabaea, Dedan, dan Qedar), tapi semua masyarakat
kuno ini tidak memiliki keterangan apapun tentang Mekah. Jika Mekah
sudah ada sejak jaman masyarakat Dedan dan Qedar, tentunya Mekah juga
punya berbagai prasasti sejarah tentang masyarakat mereka sendiri,
bahkan kemungkinan prasastinya lebih banyak daripada daerah lain,
misalnya Yemen. Daerah Mekah lebih kering dibandingkan daerah2 lain
Arabia. Daerah Yemen menerima hujan sepuluh kali lebih banyak daripada
daerah Mekah. Juga kota2 Arabia utara lebih banyak menerima hujan
daripada kota Mekah. Jika Mekah sudah ada beberapa abad sebelum jaman
Kristen, tentunya prasasti2 batunya lebih lengkap daripada ribuan
prasasti yang masih ada di berbagai kota di sebelah selatan dan
utaranya.
Selama bertahun-tahun, para sejarawan
dan arkeologis telah mencatat banyak penguasa dan raja bagi setiap
kerajaan Arabia sebelum abad ke-7 SM sampai jaman seterusnya.
Berdasarkan prasasti2 dan penemuan arkeologi, para sejarawan dapat
menyusun daftar nama penguasa dan kerajaan mereka. Kita temukan daftar
seperti ini dari para sejarawan K.A. Kitchen, Von Wissmann, dll.
Sekarang akan kita amati sejarah setiap
kerajaan dan kota yang ada di milenia pertama sebelum Kristus (1000
tahun sebelum Kristus) dan tahun2 setelah itu. Meskipun ada nama2 yang
tak dikenal, dari lokasinya kita bisa dengan mudah menelusuri nama
pemimpin dan kota2 mereka.
Arabia Baratlaut Tercatat dalam Arkeologi
Kota2 Qedar, Dedan dan Tema
Pertama-tama, kita tinjau Arabia
baratlaut dan kota2 Qedar, Dedan dan Tema. Rangkaian penguasa di
beberapa kota Arabia barat daya, seperti Qedar, paling lengkap tercatat
sejak abad ke-9 SM. Keterangan lengkap ini karena kota2 para raja
tersebut punya hubungan dagang dengan berbagai raja Assyria dan
Babylonia. Kadangkala raja2 Assyria dan Babylonia itu menundukkan kota2
Arabia melalui peperangan. Sebagian raja2 Mesopotamia yang menguasai
kota2 Qedar dan Dedan punya prasasti negara yang mengandung keterangan
lengkap. Contohnya, dari Prasasti Nabonidus kita ketahui bahwa raja
Babylonia Nabonidus menguasai Arabia utara dan tinggal di kota Tema
selama sepuluh tahun, 550-540 SM.
Keterangan2 sejarah lain dipahat di
berbagai mangkok. Kita memiliki sebuah mangkok perak yang
dipersembahkan bagi dewa Han Ilat, dan di mangkok itu tercantum nama
Raja Qaynu dari Kedar, yang berkuasa di tahun 430-410 SM. [69] Catatan
sejarah lain berwujud grafiti, tulisan2 di dinding, seperti Grafiti
Niran di Dedan, di al-Ula, yang menyebut tentang Gashmu I, putra Raja
Qedar bernama Sharh I. [70] Hal ini sesuai dengan keterangan Alkitab di
Nehemiah 6:6 tentang raja yang menentang Nehemiah dalam usaha
membangun kembali kota Yerusalem, setelah pengasingan di Babylonia.
Alkitab menyebut nama raja ini yakni Gesham, variasi nama Gashmu, yang
berkuasa di kota Arab Qedar tahun 450-430 SM, [71] di waktu yang sama
Nehemiah kembali dari pengasingan di Babylonia untuk membangun kembali
tembok2 kota Yerusalem. Kita tahu bahwa Nehemiah membawa sekelompok
kecil orang Yahudi dan kembali ke Kanaan sekitar tahun 445 SM. Ini
merupakan satu dari ratusan bukti sejarah tentang kebenaran keterangan
Alkitab.
[69] Rabinowitz, Journal of Near Eastern Studies 15 (1956),1-9, pls.6-7, dikutip oleh K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994, hal. 169
[70] Reed, Ancient Records from North Arabia, Toronto, 1970, 50 f., 115-117 dikutip oleh K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994), hal. 169
[71] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Bab I, Liverpool University Press, 1994, hal. 237
[69] Rabinowitz, Journal of Near Eastern Studies 15 (1956),1-9, pls.6-7, dikutip oleh K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994, hal. 169
[70] Reed, Ancient Records from North Arabia, Toronto, 1970, 50 f., 115-117 dikutip oleh K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994), hal. 169
[71] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Bab I, Liverpool University Press, 1994, hal. 237
Jika kita susun berbagai keterangan,
maka kita dapatkan nama2 empatbelas raja2 dan ratu2 yang berkuasa di
Arabia utara. Meskipun para sejarawan tidak tahu pasti tentang periode
tahun 644-580 SM, tiada daftar yang hilang akan urutan daftar para
penguasa dari tahun 870-410 SM.
Ketepatan prasasti yang ditemukan di
penggalian arkeologi El-Ula, di kota kuno Dedan, ditulis dalam bahasa
Minaea. Hal ini menunjukkan bahwa kota itu dikuasai oleh Raja2 Main.
Banyak keterangan prasasti yang menyebut raja2 ini, dan keterangan ini
serupa dengan prasasti Minaea di Yemen. [72]
[72] James Montgomery, Arabia and the Bible, University of Pennsylvania Press, Philadelphia, 1934, hal.138
[72] James Montgomery, Arabia and the Bible, University of Pennsylvania Press, Philadelphia, 1934, hal.138
Reruntuhan tua kota Tema mengandung
banyak prasasti yang menunjukkan berbagai nama tuhan mereka, peperangan
antar kota dan suku daerah itu, termasuk perang2 melawan kota Dedan.
Lambang bulan kota Tema berbentuk bulan sabit. [73] Di berbagai
prasasti Tema disebut nama dewa Lame’h yang berwujud bintang bersinar
cemerlang. Salah satu gelar dewa2 mereka adalah Rahim, yang tampaknya
adalah dewa bintang Lame’h. [74] Gelar ini juga dipakai Muhammad di
Qur’an sebagai gelar Allah, dan hal ini menunjukkan akar Islam dari
agama pagan Arabia kuno.
[73] F.V. Winnett and W.L. Reed, Ancient Records from North Arabia, University of Toronto Press, 1970, hal. 104
[74] F.V. Winnett and W.L. Reed, Ancient Records from North Arabia, hal. 103
[73] F.V. Winnett and W.L. Reed, Ancient Records from North Arabia, University of Toronto Press, 1970, hal. 104
[74] F.V. Winnett and W.L. Reed, Ancient Records from North Arabia, hal. 103
Suku2 Arabia Utara Thamud, Lihyan, dan Nabasia Tercatat Lengkap pada Penemuan Arkeologi
Sekarang kita bahas suku Thamud di Arabia
utara, yang muncul pertama kali di abad ke-8 SM dan terus ada sampai
abad ke-5 M. Terdapat ratusan batu dan prasasti berbahasa Thamud di
berbagai tempat di Arabia utara yang menjelaskan kehidupan suku, dewa2
dan peperangan mereka.
Bangunan peninggalan kerajaan Lihyan.
Patung² peninggalan budaya Arab Lihyan.
Tempat kedua yang perlu kita amati adalah
kerajaan Lihyan di Arabia utara. Kita memiliki keterangan
berlimpah-ruah akan kerajaan ini. Kecuali keterangan tentang pendiri
budaya Lihyanit, kita punya dokumentasi lengkap tentang penguasa dan
periode kekuasaan; prasasti dan tawarikh kejadian² sejarah penting
mengenai pemerintahan dan tuhan² mereka. Sebagian catatan sejarah ini
tercantum di monumen² kerajaan, patung², prasasti di batu makam,
tulisan² di bangunan makam, tulisan² yang dipahat di bebatuan, dan
grafiti.
Pendiri kerajaan Lihyan berkuasa kira²
dari tahun 330-320 SM. Keterangan tentang raja² berikutnya tertulis
lengkap. Raja Shahru II berkuasa di tahun 320-305 SM. Daftar kekuasaan
berakhir di raja ke sepuluh yakni Mas’udu, yang berkuasa di tahun
120-100 SM. Tak ada keterangan yang hilang dari urutan raja² tersebut.
[75]
[75] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994, hal. 237
[75] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994, hal. 237
Prasasti Nabasia yang dipahat di batu.
Kerajaan ketiga yang kita telaah adalah
Kerajaan Nabasia, yang daerah kekuasaannya mencakup banyak daerah²
Hijaz. Kerajaan ini memiliki sejarah istimewa karena berhubungna dengan
Arabia utara yang mengontrol jalur jalanan bagi perdagangan rempah²
yang menghubungkan Arabia selatan dengan Syria dan negara² Mediterania
lainnya. Jalur ini juga melalui daerah di manak Mekah dibangun di abad
ke-4 M. Catatan² tentang Kerajaan Nabasia sangatlah lengkap, dari dalam
maupun luar kerajaan. Catatan diluar kerajaan disusun oleh para
sejarawan. Beberapa literatur Yahudi menulis tentang Nabasia, dan
penemuan arkeologi di luar daerah Nabasia juga mencatat keterangan
kerajaan ini. Dari dalam negeri, keterangan tentang berbagai raja
tercantum dalam keping² mata uang logam, bangunan² ibadah, patung²
raja, monumen² pribadi dan kerajaan, dan prasasti² di makam² kuburan,
yang semuanya mengandung keterangan sejarah. Prasasti² di berbagai
kuburan sangatlah banyak dan ditemukan di berbagai daerah, misalnya
Petra, Madain Salih, dll. Berdasarkan catatan sejarah ini, para
sejarawan mengerti urutan para raja Kerajaan Nabasia yang berkuasa
setelah 175 SM. Para penguasa sebelum jaman itu masih belum diketahui,
meskipun banyak keterangan tertulis tentang kerajaan terseubt sejak
tahap pertama dibentuk. Kecuali penguasa kedua sejak tahun 175 SM,
penguasa² lain diketahui, dari mulai Aretas I yang berkuasa di tahun
75-150 SM sampai pemimpin keduabelas (terakhir), yakni Rabbel II, yang
berkuasa di tahun 70-106 M. [76]
[76] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Bab I, hal. 170-175;238
[76] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Bab I, hal. 170-175;238
Setelah mempelajari semua catatan
tentang kerajaan² dan kota² yang terletak di kota Mekah, kami
menyimpulkan bahwa kekuasaan kebanyakan para raja ternyata tercatat
dengan baik. Kita tahu tentang peperangan yang mereka alami, dan nama
para dewa mereka. Akan tetapi tak ada keterangan tentang Mekah.
Meskipun umat Muslim mengatakan Mekah sudah ada di jaman Abraham, tak
ada satu pun keterangan sejarah Arabia yang menyatakan keberadaannya di
jaman sebelum Kristus.
Tidaklah mungkin untuk mengatakan kota
Mekah sebagai kota tertua di Arabia tanpa menunjukkan bukti sejarahnya.
Seluruh sejarah daerah sekitar Mekah tercatat dengan baik, bahkan
kota² yang baru berusia beberapa abad saja. Tapi tak ada satu pun
keterangan tentang kota Mekah.
Apakah para pembaca menyadari bahwa tak
ada satu pun kerajaan di sebelah utara Mekah yang telah ada sebelum
abad ke-10 SM? Sebagian dari kerajaan² itu, seperti kerajaan Lihyanit,
muncul pertama kali di abad ke-4 SM dan lalu menghilang di akhir abad
ke-2 SM. Beberapa kota punya peranan terbatas dalam sejarah Arabia.
Banyak kota yang muncul setelah abad ke-10 SM dan hilang sekitar awal
abad ke-4 SM. Semua kota² dan kerajaan² tersebut punya banyak catatan
sejarah tentang keberadaan mereka, tapi tak satu pun keterangan tentang
Mekah.
Jika pernyataan Muslim bahwa Mekah telah
ada sejak jaman Abraham, yang hidup di sekitar 2080 SM, maka tentunya
akan terdapat banyak sekali peninggalan arkeologi Mekah, lebih banyak
daripada kerajaan² yang telah disebut. Faktanya, tiada catatan atau
peninggalan sejarah apapun tentang Mekah, meskipun daerah itu jarang
menerima hujan, sehingga seharusnya peninggalan prasasti atau monumen
akan tetap utuh dan tidak dirusak air. Daerah Mekah yang kering
seharusnya menyimpan peninggalan budaya kuno yang lebih banyak daripada
daerah² yang sering menerima hujan. Hanya sedikit saja daerah Eropa
yang punya catatan sejarah lengkap akan para penguasa mereka di milenia
(1000 tahun) pertama SM. Salah satu alasannya adalah karena kondisi
cuaca. Hujan lebat Eropa seringkali merusak prasasti kuno yang
berharga. Hal ini sangat berbeda dengan daerah² kering Arabia di
sekitar Mekah. Dengan kriteria ini, tidaklah mungkin menyatakan Mekah
telah ada di Arabia sejak jaman kuno, tanpa menunjukkan bukti
peninggalan sejarah apapun di daerah itu. Sejarah asli Arabia tercantum
di berbagai peninggalan yang sangat banyak dan lengkap. Tidaklah
mungkin sejarah selengkap itu luput menyebut tentang kota Mekah.
Menurut Muslim, Mekah merupakan kota
tertua di Arabia, dan sudah ada sejak abad ke-21 SM, sampai ke jaman
Kristen. Ini berarti Mekah sudah ada, tanpa keterangan sejarah apapun,
di daerah di mana kota² yang berumur pendek sekalipun tercatat dalam
berbagai catatan sejarah daerah itu. Setiap kota di suatu daerah punya
banyak peninggalan sejarah, sedangkan Mekah tak punya. Muslim bisa saja
dengan mudah menyatakan tanggal keberadaan Mekah, tapi mereka
hendaknya menyelidiki apakah tanggal itu benar atau salah.
Kerajaan² dan Kota² di Selatan Mekah Memiliki Banyak Catatan Sejarah
Sebelumnya kita telah menelaah berbagai
kerajaan dan kota di sebelah utara letak Mekah kelak dibangun.
Kerajaan² tersebut jauhnya 500 sampai 600 mil dan mereka memiliki
banyak catatan sejarah. Bagaimana dengan kerajaan² dan kota² di sebelah
selatan letak Mekah kelak dibangun? Bagian baratdaya Arabia ternyata
memiliki lebih banyak lagi catatan sejarah dibandingkan kerajaan²
utara. Di beberapa kasus, ribuan tulisan, kebanyakan adalah prasasti di
batu, telah ditemukan. Ini menyebabkan daerah baratdaya Arabia
merupakan salah satu daerah yang mengandung peninggalan arkeologi
terbanyak di dunia. Selain prasasti batu, tulisan² juga ditemukan di
berbagai bangunan pemerintah atau pribadi, tulisan² di berbagai dinding,
kuil, dan tugu peringatan. Berdasarkan keterangan tersebut, para
sejarawan dan arkeologis mengetahui urutan penguasa setiap kerajaan dan
kota. Pada umumnya, silsilah berbagai penguasa dapat diketahui dengan
lengkap tanpa ada kronologi yang terputus.
Para Penguasa Kerajaan Main
Urutan penguasa kerajaan Main di Arabia
selatan dimulai dari Raja Abkarib I, yang berkuasa tahun 430-415 SM.
Dia memulai urutan tak terputus 26 penguasa, yang berakhir dengan Raja
Ilyara’ Yashur II yang berkuasa dari 65-55 SM. Catatan sejarah mereka
termasuk nama² para saudara laki dan putra raja² yang berkuasa. Dengan
begitu kita mengetahui dengan pasti para penguasa kerajaan Main di
tahun 430-55 SM. [77]
[77] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, pages 175-180; 238
[77] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, pages 175-180; 238
Kerajaan² kecil di sebelah selatan di
mana Mekah kelak dibangun tercatat dengan sangat tepat dalam sejarah
kuno Arabia, tanpa menyebut kota Mekah sama sekali.
Banyak kerajaan² kecil di dekat kerajaan Main yang juga memiliki catatan silsilah raja yang cukup lengkap. Sebagian kerajaan kecil ini terletak dekat lokasi di mana Mekah kelak dibangun. Kerajaan² kecil ini sudah ada ratusan tahun sebelum jaman Yesus. Meskipun mereka kecil, tapi catatan sejarah dan arkeologinya cukup lengkap untuk menjelaskan keberadaan dan silsilah raja² mereka.
Banyak kerajaan² kecil di dekat kerajaan Main yang juga memiliki catatan silsilah raja yang cukup lengkap. Sebagian kerajaan kecil ini terletak dekat lokasi di mana Mekah kelak dibangun. Kerajaan² kecil ini sudah ada ratusan tahun sebelum jaman Yesus. Meskipun mereka kecil, tapi catatan sejarah dan arkeologinya cukup lengkap untuk menjelaskan keberadaan dan silsilah raja² mereka.
Semua catatan ini merupakan tantangan
jelas bagi pernyataan Muslim bahwa Mekah sudah ada ratusan tahun
sebelum jaman Yesus – karena tak ada satu pun peninggalan sejarah kuno
di Mekah. Karena tiadanya masalah air hujan yang tinggi, maka setiap
kerajaan, baik besar atau kecil, memiliki banyak peninggalan prasasti
yang menjelaskan budaya, silsilah raja, peperangan, dan berbagai
kejadian penting di setiap kerajaan.
Mari kita lihat kerajaan kecil pertama
yakni Haram, yang urutan penguasanya dimulai dari Raja Yaharil di 600
SM, [78] dan berakhir pada Raja Maadikarib Raydan yang berkuasa di
tahun 190-175 SM. [79] Kerajaan berikut adalah Inaba. Penguasanya yang
terpenting adalah raja Waqahil Yafush yang berkuasa di tahun 550-530
SM. [80] Kerajaan Kaminahu dimulai dari Raja Ammiyitha, yang berkuasa
di tahun 585-570 SM. [81] Urutan selanjutnya adalah delapan raja² yang
berakhir dengan Raja Ilisami II Nabat, yang berkuasa di tahun 495-475
SM. [82] Catatan sejarah menunjukkan bahwa kerajaan ini berkembang
pesat di bawah pemerintahan Wahbu, putra Mas’ud, di tahun 160-140 SM.
Kerajaan lainnya adalah Nashan, dengan penguasa pertamanya Raja Ab’amar
Saqid yang berkuasa sekitar 760 SM. [83] Tiga raja setelah itu
berkuasa diantara tahun 520-480 SM. Raja terakhir dari ketiga raja
tersebut adalah Yadi’ab Amir, yang berkuasa pada tahun 500-480 SM. [84]
[78] C.Robin, Inventair des Inscriptions Sudarabiques, 1ff. Paris/Rome, 1992 ff.1, 67-68, Haram 3 & 4; Repertoire d’Epigraphie Semitique, esp.V-VIII, Paris, 1929-1968, 2751/M.15; quoted by K.A. Kitchen, hal. 180
[79] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, hal. 181; 239
[80] C.Robin, Inventair des Inscriptions Sudarabiques, 1ff. Paris/Rome, 1992 ff.,1, 5-6, pls.2b,3a; Inabba; dikutip oleh K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, page 181; juga lihat K.A. Kitchen, hal. 239
[81] Private building-dedication, al-Harashif 3 (C.Robin, Inventair des Inscriptions Sudarabiques,1ff. Paris/Rome, 1992 ff., 1, 200-201, pl.59b); dikutip oleh K.A. Kitchen, hal. 182
[82] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994, hal. 181, 182; juga lihat K.A. Kitchen, hal. 239
[83] Comptes-rendus de l’académie des Inscriptions et Belleslettres, 1992, 68; cf.C.Robin in Robin(ed.), L’Arabie Antique de Karib’il à Mahomet, Aix-en-Provence, 1993,55,128, fig.20; dikutip oleh K.A. Kitchen, hal. 183
[84] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, pages 181, 182; juga lihat K.A. Kitchen, hal. 240
[78] C.Robin, Inventair des Inscriptions Sudarabiques, 1ff. Paris/Rome, 1992 ff.1, 67-68, Haram 3 & 4; Repertoire d’Epigraphie Semitique, esp.V-VIII, Paris, 1929-1968, 2751/M.15; quoted by K.A. Kitchen, hal. 180
[79] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, hal. 181; 239
[80] C.Robin, Inventair des Inscriptions Sudarabiques, 1ff. Paris/Rome, 1992 ff.,1, 5-6, pls.2b,3a; Inabba; dikutip oleh K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, page 181; juga lihat K.A. Kitchen, hal. 239
[81] Private building-dedication, al-Harashif 3 (C.Robin, Inventair des Inscriptions Sudarabiques,1ff. Paris/Rome, 1992 ff., 1, 200-201, pl.59b); dikutip oleh K.A. Kitchen, hal. 182
[82] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, Liverpool University Press, 1994, hal. 181, 182; juga lihat K.A. Kitchen, hal. 239
[83] Comptes-rendus de l’académie des Inscriptions et Belleslettres, 1992, 68; cf.C.Robin in Robin(ed.), L’Arabie Antique de Karib’il à Mahomet, Aix-en-Provence, 1993,55,128, fig.20; dikutip oleh K.A. Kitchen, hal. 183
[84] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, pages 181, 182; juga lihat K.A. Kitchen, hal. 240
Berdasarkan peninggalan sejarah
tersebut, kita memiliki dokumen cukup lengkap akan kronologi kerajaan²
ini, meskipun ukurannya kecil dan tak punya banyak pengaruh
dibandingkan kerajaan² utama lainnya. Hal ini membuktikan bahwa
kerajaan kecil dekat Mekah sekali pun memiliki catatan sejarah kuno
yang lengkap. Hadis Islam menyatakan Mekah merupakan kota agama yang
utama dan maju di sepanjang sejarah Arabia, yang sudah ada sejak jaman
Abraham. Tapi tidak seperti kerajaan² atau kota² kuno Arabia lainnya,
tak ada catatan sejarah kuno tentang Mekah.
Kita Memiliki Catatan Sejarah yang Sangat Banyak akan Kerajaan Qataban
Penelitian kita berlanjut ke kerajaan
Qataban, yang semakin membuktikan bahwa Mekah belum ada sebelum jaman
Yesus. Kerajaan ini terletak di baratdaya Arabia, dan memiliki
peninggalan sangat banyak tentang sekuens kejadian dan nama para
penguasanya. Terdapat urutan 31 penguasa yang dimulai dari tahun 330 SM
dan terus berlangsung sampai penguasa terakhir, Raja Marthadum, yang
berkuasa di jaman akhir Kerajaan Qataban (150-160 M). Para sejarawan
berhasil mencatat 31 penguasa, kecuali raja nomer 2 dan 27. Ini
menunjukkan lengkapnya prasasti dan catatan sejarah Kerajaan Qataban.
[85]
[85] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, hal. 181, 182; see also K.A. Kitchen, hal. 183-188
[85] K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, hal. 181, 182; see also K.A. Kitchen, hal. 183-188
SABA DAN HIMYAR
Saba dan Himyar meninggalkan keterangan
tentang 102 raja² yang berkuasa sejak abad ke-9 SM dan berakhir di abad
ke-6 M. Ini membuktikan Mekah tak ada di jaman kuno. Jika Mekah sudah
ada, maka tentunya kota itu memiliki bukti² peninggalan sejarah kuno.
Kerajaan Saba dan kerajaan penggantinya
yakni Himyar meninggalkan catatan sejarah lengkap yang sangat
mengagumkan. Kerajaan² ini memiliki berbagai peninggalan arkeologi yang
menyebutkan nama² para penguasa mereka, dimulai dari Karibil A., yang
berkuasa sekitar 860 SM. Urutan nama penguasa ini terdiri dari 31
Makrab. Makrab adalah raja² yang berkuasa di Saba dan daerah
sekitarnya. Makrab terakhir adalah raja Yitha’a Amar Bayyin II, yang
berkuasa di tahun 360-350 SM. Saba lalu kehilangan kekuasaan atas
daerah sekitarnya, dan para raja Saba tidak lagi bergelar Makrab, tapi
hanya disebut sebagai raja saja.
Setelah para Makrab, urutan raja terus
berlanjut dengan raja nomer 32, yakni Yadi’ubil Bayyin, yang berkuasa
tahun 350-335 SM. Urutannya terus berlanjut ke nomer 55, raja Saba
bernama Yada’il Dharih IV yang berkuasa di tahun 0-15 M. Raja² Saba dan
Dhu-Radydan merupakan urutan penguasa seterusnya.
Raja Dhamar’alay Warar Yahan’ifm
merupakan penguasa nomer 56. Urutan berlangsung sampai penguasa nomer
79, yakni raja Saba terakhir yang bernama Dhamar’alay Warar Yahan’ifm,
yang berkuasa di tahun 260-275 M.
Setelah itu urutan penguasa beralih ke
raja pertama kekaisaran Himyar, yakni Yasir Yuhan’im I, yang berkuasa
di tahun 275-285 M. Raja² Himyar berkuasa atas kerajaan² Saba, Himyar,
dan negara² bagian lainnya. Urutan raja Himyar berakhir dengan raja
Maadikarib III yang berkuasa tahun 575-577 M. Maadikarib adalah
pemimpin nomer 102 di urutan panjang para raja yang berkuasa selama
jenjang waktu 1.437 tahun, dimulai dari abad ke-9 SM, hanya beberapa
puluh tahun sebelum Ratu Saba mengunjungi Salomo, dan berakhir di abad
ke-6 M. [86]
[86] Lihat K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, hal. 181, 182; juga lihat K.A. Kitchen, hal. 90-222
[86] Lihat K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, hal. 181, 182; juga lihat K.A. Kitchen, hal. 90-222
Keterangan para raja ini memberitahu
kita bahwa daerah Arabia selatan dan barat merupakan salah satu daerah
di dunia yang memiliki catatan sejarah jaman kuno yang terlengkap. Kita
tak bisa menemukan keterangan lengkap silsilah raja² manapun di negara
Eropa di jaman 1000 tahun SM. Tapi di Arabia bisa kita temukan urutan
raja² di Yemen sejak abad ke-9 SM, terutama pada kerajaan Saba dan
Himyar. Dengan demikian, pernyataan Muslim bahwa Mekah adalah pusat
agama sejak jaman kuno adalah salah dan tak terbukti.
Kerajaan Kinda, Sebelah Timur Mekah, dan Peninggalan Sejarahnya
Kita telah menelaah daerah utara dan
selatan, sekarang kita tinjau daerah sebelah timur Mekah. Ibu kota
daerah ini adalah Dhu-Kahilum, yang di jaman sekarang dikenal sebagai
Qaryat al-Fau, dekat kota tua Yamama, sekitar 500 mil dari Mekah. Kota
kuno Dhu-Kahilum mengandung banyak peninggalan arkologi yang
menerangkan siapa raja² dan peperangan² mereka. Raja pertama adalah
Rabi’a yang berkuasa di tahun 205-203 M. Namanya disebut dalam prasasti
Sabaia sebagai “Raja Kinda dan Kahtan.” [87] Dari prasastinya, kita
bisa mengetahui keterangan tentang Kinda. Contohnya, di tahun 290 M,
Kinda kehilangan kekuasaan karena dikalahkan kerajaan Saba. Prasasti
Sabaia dari Mahram Bilqis–Ma’rib menyatakan tentang seorang raja
Sabaia: “Saadta Iab Yatlaf, keturunan Gadanum, pemimpin bangsa Arab dan
Raja Saba dan Kindat …” [88]
[87] A.Jamme, W.F., Sabaean Inscriptions from Mahram Bilqis (Ma’rib), the Johns Hopkins Press,Baltimore, 1962, Volume III, hal. 137
[88] A.Jamme, W.F., Sabaean Inscriptions from Mahram Bilqis (Ma’rib), the Johns Hopkins Press, Baltimore, 1962, Volume III, hal. 169
[87] A.Jamme, W.F., Sabaean Inscriptions from Mahram Bilqis (Ma’rib), the Johns Hopkins Press,Baltimore, 1962, Volume III, hal. 137
[88] A.Jamme, W.F., Sabaean Inscriptions from Mahram Bilqis (Ma’rib), the Johns Hopkins Press, Baltimore, 1962, Volume III, hal. 169
Tidaklah mungkin untuk menyatakan bahwa
Mekah sudah ada selama 2.400 tahun tanpa bukti apapun sedangkan setiap
kerajaan lain di daerah itu punya berbagai bukti peninggalan jaman
kuno.
Kita telah lihat bahwa kota² terdekat ke
Mekah, di sebelah utara, selatan, atau timur, semuanya punya catatan
sejarah lengkap dalam bentuk penemuan arkeologi yang memungkinkan kita
untuk mengetahui sejarah daerah itu dan nama² para pemimpinnya. Dengan
catatan selengkap itu tentang kerajaan² yang berjarak kurang dari 500
mil dari Mekah, kita ketahui bahwa tak mungkin ada kota di daerah itu
yang tak punya catatan sejarah kuno apapun. Tidak hanya para sejarawan
dan geografer Yunani dan Romawi yang tidak menyebut Mekah, tapi juga
peninggalan² arkeologi kuno Arabia tidak menyatakan keberadaan kota itu
sebelum abad ke-4 M. Dengan begitu, tidaklah mungkin untuk bisa
memasukkan nama Abraham dan monotheisme di Mekah, tidak untuk sesaat
saja, apalagi untuk seluruh jaman Arabia. Meskipun begitu, Muslim di
seluruh dunia tetap percaya bahwa Abraham dan putranya Ishmael
membangun Ka’bah di Mekah. Tiada seorang pun yang bisa menulis ulang
sejarah, sebagai usaha mencoga meyakinkan manusia tentang sejarah masa
lalu suatu daerah, jika sejarah daerah itu sudah terlebih dahulu
dicatat oleh berbagai sejarawan dan diselidiki oleh para arkeologis.
Arkeologi Arabia Timur Menyangkal Keterangan Mekah Sudah Ada Sejak Jaman Dahulu
Sejarah kota² kuno di Arabia timur dan
barat yang telah ada ribuan tahun sebelum jaman Kristus, dan bahkan
sejak jaman Abraham, memiliki berbagai peninggalan arkeologi yang
mengungkapkan sejarah kota² tersebut. Peninggalan² kuno ini juga
membuktikan bahwa Mekah, yang tanpa bukti sejarah kuno apapun, tidak
mungkin ada di jaman Abraham.
Arabia timur memiliki peninggalan
sejarah yang cukup lengkap, dan daerah ini berhubungan dengan
Mesopotamia kuno, yang sekarang adalah Iraq. Sejarah Arabia timur,
termasuk daerah pantai Teluk Persia, tidak berhubungan dengan Arabia
barat, karena daerah barat dan timur dipisahkan oleh dua gurun pasir
besar: Ar’ Rub’ al-khali di selatan dan An Nafud di utara. Sejarah kuno
tak menunjukkan adanya komunikasi apapun antara Arabia timur dan
barat. Kita memiliki banyak peninggalan arkeologi daerah Teluk Persia
yang membantu kita untuk mengetahui sejarah Arabia timur dan
hubungannya dengan dinasti² Mesopotami, yang telah berlangsung beberapa
ribu tahun sebelum jaman Kristus. Dari peninggalan² itu, diketahui
bahwa daerah timur Arabia memiliki jaman kejayaan dan kekuasaan
sendiri. Untuk menentukan tanggal penemuan² arkeologi di Arabia timur,
kita bisa memeriksa kronologi kejadian² di Mesopotamia.
Dilmun
Salah satu kerajaan kuno paling penting
di Arabia timur adalah Dilmun, yang menguasai daerah yang sekarang
menjadi negara Bahrain. Dalam banyak jaman, kekuasaan Dilmun berkembang
mencapai sebagian besar daerah Teluk Persia. Dilmun telah berkembang
sejak tahun 3000 SM, karena perdagangannya dengan Lembah Indus (India
dan Pakistan di jaman sekarang) dan Mesopotamia.
Penemuan² arkeologi, seperti barang²
tembikar dan perabotan lainnya, menunjukkan bahwa kebudayaan Arabia kuno
ternyata sama tuanya dengan kebudayaan Mesopotamia. Kontak antara
Dilmun dan Mesopotamia tercatat sejak milenia ke-4 sampai ke-3 SM.
Prasasti² Sumeria dan Akkad juga menyebut tentang Dilmun di seluruh
sejarah awal mereka. [89] Kerajaan Dilmun memiliki banyak lahan²
arkeologi yang menunjukkan sejarah mereka, seperti urutan raja² Dilmun
yang dimulai dari tahun 1800 SM. Meskipun raja pertama tidak bernama,
terdapat tiga raja yang berkuasa di tahun 1470-1320 SM. Setelah itu
urutan raja mulai lagi di tahun 720 SM dengan Raja Uperi dan berlanjut
dengan raja² berikutnya sampai kerajaan Dilmun dikuasai Raja Nabonidus
dari Babylonia. Nabonidus menunjuk seorang gubernur atas Dilmun di tahun
550-540 SM.
[89] R.W. Ehrich, Chronologies in Old World Archaeology, 3rd Edition, I-II, Chicago, 1992, I, hal. 67-68; juga lihat D.T. Potts, Dilmun, New Studies in the Archaeology and Early History of Bahrain, (BBVO2), Berlin, 1983, dikutip oleh K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, hal. 145
[89] R.W. Ehrich, Chronologies in Old World Archaeology, 3rd Edition, I-II, Chicago, 1992, I, hal. 67-68; juga lihat D.T. Potts, Dilmun, New Studies in the Archaeology and Early History of Bahrain, (BBVO2), Berlin, 1983, dikutip oleh K.A. Kitchen, Documentation For Ancient Arabia, Part I, hal. 145
Keterangan bahwa Dilmun dikuasai oleh
kerajaan² Assyria, Babylonia, Yunani dan Persia tercantum di berbagai
peninggalan arkeologi, dan juga prasasti dari luar kerajaan² yang
menjajahnya.
Magan
Kerajaan timur Arabia lainnya yang
penting adalah Magan, yang lokasinya adalah di daerah Oman di jaman
modern. Dari kota Ur di Sumeria, kita mendapatkan prasasti yang
berkenaan dengan Magan, dari tahun 2800-2500 SM. Kita juga punya
prasasti² tentang Magan dari periode Akkadic yang dimulai dengan raja
Sargon yang menaklukkan negara² Sumeria di Iraq. Dia mendirikan
kekaisaran Akkad di sekitar tahun 2340 SM. Prasasti² Raja Sargon
menyebutkan bahwa Sargon “menyebabkan kapal² layar dari Meluhha
(Pakistan), Magan dan Dilmun merapat ke pangkalan pelabuhan Agade.” [90]
[90] J.B. Pritchard, Ancient Near Eastern Texts Relating to the Old Testament, Princeton, 268
[90] J.B. Pritchard, Ancient Near Eastern Texts Relating to the Old Testament, Princeton, 268
Kekuasaan Magan mencakup daerah Oman,
menyeberangi Selat Hormuz, ke daerah Iran, sampai ke daerah utara yang
sekarang adalah negara United Arab Emirats (UAE) di Teluk Persia.
Banyak lahan² arkeologi di Oman dan UAE yang menunjukkan berbagai
keterangan penting tentang kerajaan Magan, misalnya tentang tiga raja
Magan. Raja pertama adalah Raja Manitan, yang berkuasa di sekitar tahun
2240 SM, 150 tahun sebelum jaman Abraham. Yang kedua adalah raja tak
bernama yang berkuasa di sekitar tahun 2060 SM, dan yang ketiga adalah
Raja Nabudeli, yang berkuasa di sekitar tahun 2043 SM. Aku menyebut
ketiga raja ini karena mereka hidup di jaman Abraham dan putra²nya. Ini
merupakan penemuan penting yang menunjukkan kebudayaan kuno Arabia, di
jaman Abraham dan bahkan sebelumnya, dan para raja ini benar² pernah
ada. Peninggalan mereka merupakan bukti keberadaan mereka di Arabia
timur, sama seperti kebudayaan lain di daerah Mesopotamia. Peninggalan
ini membuktikan bahwa mereka sudah ada ribuan tahun sebelum jaman
Abraham, sama seperti kebudayaan Dilmun dan Magan.
Kita lihat bahwa nama² para raja di jaman
sangat kuno ini tercatat dengan baik. Mekah tidak punya catatan kuno
arkeologi apapun, meskipun Muslim mengatakan Mekah sudah ada sejak
jaman Abraham.
Arkeologi Mesopotamia dan Arabia timur
menunjukkan bahwa Arabia barat tidak dikenal masyarakat Mesopotamia dan
Arabia timur. Dengan begitu, bagaimana mungkin Abraham, penduduk kota
Ur di Iraq, bisa menuju ke tempat yang tak dikenal pada jamannya?
Dari kerajaan Dilmun di Arabia timur,
kita temukan berbagai catatan arkeologi raja² dan kejadian sejauh
milenia ke-3 SM (3000 SM), sampai jaman penjajahan Islam di abad ke-7
M. Akan tetapi di Arabia tengah barat, di mana Mekah kelak dibangun,
tiada catatan kebudayaan apapun sampai beberapa abad setelah jaman
Kristus, sebagaimana yang telah dibahas dari tulisan² para geografer
dan sejarawan kuno. Fakta menunjukkan bahwa tak ada peninggalan sejarah
budaya apapun di Arabia barat di jaman Abraham. Padang pasir sangat
luas yang memisahkan Arabia timur dan barat tidaklah dapat disebrangi
oleh manusia di jaman Abraham. Hal ini menyebabkan Arabia barat tidak
terjamah oleh penduduk Arabia timur dan Mesopotamia pada waktu itu. Hal
ini sama juga seperti bangsa Eropa melihat Samudra Atlantik sebelum
jaman Penjelajahan Columbus.
Daerah Arabia barat tak dikenal
masyarakat Arabia timur dan juga masyarakat Mesopotamia di jaman
Abraham. Kita bisa membaca keterangan Alkitab yang menyatakan
Mesopotamia adalah tempat di mana Abraham hidup sebelum dia dipanggil
Tuhan untuk pergi ke Tanah Perjanjian.
Kita punya banyak prasasti sejarah
Mesopotamia tentang daerah timur Teluk Persia, termasuk periode Sumeria
dan Akkadik dan kekuasaan mereka atas tempat tinggal Abraham, yakni
kota Ur di Iraq. Tapi kita tidak menemukan catatan apapun dari
Mesopotamia tentang Arabia tengah barat, di mana Mekah kelak dibangun.
Catatan sejarah pertama yang menyebut daerah Arabia barat adalah
tentang Yaman, yang terletak di baratdaya Arabia. Keterangan tentang
Yaman telah ditemukan di prasasati² Mesir di abad ke-14 SM, yang
merupakan tujuh abad setelah jaman Abraham. Prasasti² arkeologi di
Mesopotamia, termasuk kota Ur, kotanya Abraham, tidak menyebutkan
tentang Yaman sampai di abad ke-8 SM. Lalu prasasti² Assyria menyebut
raja Saba-Yaman, yang menyerahkan upeti kepada raja Assyria yakni
Sargon II. Hal ini menunjukkan bahwa Yaman, yang merupakan kebudayaan
tertua baratdaya Arabia, tidak dikenal masyarakat Mesopotamia di jaman
Abraham. Tak ada keterangan Mesopotamia apapun di jaman kuno tentang
Arabia tengah barat di sepanjang jalur Laut Merah. Mengapa begitu? Hal
ini karena daerah itu tak berpenghuni sampai di abad ke-3 SM, ketika
jalur dagang dari Yaman di daerah Laut Merah mulai berkembang. Arabia
barat di jaman Abraham adalah daerah kosong dan tak berpenghuni.
Selain peninggalan sejarah, juga terdapat
sebuah novel yang ditulis di jaman itu. Buku The Epic of Gilgamesh
ditulis di kota Uruk di Mesopotamia, sekitar 2000 SM, yakni 100 tahun
setelah Abraham hidup di Ur, kota utama Mesopotamia. Tempat² kejadian
The Epic of Gilgamesh menerangkan pada kita tentang kehidupan kuno di
Mesopotamia. Sejarawan Hommel memberi komentar tentang bagian ke-9
syair panjang buku itu:
Kita diberitahu bagaimana Gilgamesh pergi ke tanah Mashu di Arabia tengah, yang merupakan pintu gerbang yang dijaga oleh orang² yang mirip kalajengking; karena itulah julukan “tanah kegelapan” diterapkan pada daerah Arabia di jaman tarikh awal Ibrani. Selama 12 mil sang pahlawan harus berjalan melalui kegelapan pekat. Akhirnya dia tiba di daerah sempit dekat pantai yang dihuni dewi perawan Sabitu, yang mengatakan padanya bahwa, “sejak jaman jaman dahulu, tiada seorang pun bisa mengarungi lautan untuk menyelamatkan Shamash, sang pahlawan. Penyeberangan sangat sukar dan berbahaya, dan jalan masuk ke air kematian tertutup dengan baut. Bagaimana, wahai kau Gilgamesh, bisa melampaui lautan?”
[91]
[91] Hommel, Ancient Hebrew Tradition, pages 35-39, dikutip oleh Wilfred Schoff tentang komentarnya akan The Periplus of the Erythraean Sea, Munshiram Manoharial Publishers Pvt Ltd., 1995, hal. 134
[91] Hommel, Ancient Hebrew Tradition, pages 35-39, dikutip oleh Wilfred Schoff tentang komentarnya akan The Periplus of the Erythraean Sea, Munshiram Manoharial Publishers Pvt Ltd., 1995, hal. 134
Kisah ini ditulis di jaman Abraham dan
kebudayaan Mesopotamia, di mana orang tidak bisa masuk ke Arabia tengah
karena “pintu gerbangnya dijaga manusia yang mirip kalajengking,” dan
tiada seorang pun yang berhasil mengarungi lautan ke Arabia baratdaya.
Dengan begitu sudah jelas bahwa masyarakat Uruk dan Ur (kota tempat
tinggal Abraham) menganggap Arabia tengah sebagai daerah yang
misterius. Jika yang dimaksud buku itu adalah Yaman, yang terletak di
baratdaya Arabia, maka tentunya daerah tengah barat Arabia di mana
Mekah kelak dibangun akan terlebih asing lagi bagi masyarakat
Mesopotamia.
Jika daerah Mashu di Arabia tengah
merupakan daerah tak dikenal oleh masyarakat Mesopotamia dan tiada
seorang pun yang pernah melalui daerah ini, maka terlebih lagi daerah
Arabia barat bagi masyarakat Mesopotamia. Bagaimana mungkin orang
seperti Abraham, yang berasal dari kota Ur (yang merupakan salah satu
kota yang paling berkembang di Mesopotamia yang subur) meninggalkan
Palestina untuk pergi ke gurun pasir Arabia, lalu membangun kuil Ka’bah
di tempat yang tak berpenghuni di jamannya? Hal ini seperti
membayangkan Napoleon pergi ke Kutub Utara untuk membangun gereja
sebelum orang bisa mencapai Kutub Utara. Atau seperti membayangkan
Napoleon mendaki puncak Himalaya untuk membangun kuil, sedangkan
Napoleon sendiri belum tahu tentang puncak Himalaya. Pernyataan bahwa
kebudayaan Yaman telah berhubungan dengan kerajaan² Palestina di jaman
Abraham adalah salah dan tak terbukti. Kerajaan pertama Yaman baru
dibangun di abad ke-14 SM, atau tujuh abad setelah jaman Abraham. Kota²
Yaman di jalur dagang dekat Laut Merah menunju ke Arabia tengah barat
belumlah ada di jaman Abraham. Kota² baru muncul setelah Yaman mulai
berdagang dengan Israel dan Syria. Selain itu, kota Mekah nantinya akan
dibangun oleh suku² asal Yaman, di beberapa abad setelah jaman
Kristus.
Kehidupan Abraham, seperti yang ditulis
Musa, menunjukkan minat Abraham untuk pergi ke Mesir di saat wabah
kelaparan terjadi di Palestina, dan bukannya pergi ke daerah gurun pasir
tak dikenal di jamannya seperti Arabia tengah.
Mari kita tinjau sejarah Abraham,
seperti yang tercantum di Alkitab. Abraham adalah warga Ur dari
Mesopotamia selatan, yang hidup di tanah yang tersubur dan paling
berbudaya di abad ke-21 SM. Ketika wabah kelaparan melanda
Kanaan/Palestina, Abraham melakukan apa yang dilakukan semua orang
berakal. Dia tidak memilih pergi ke tanah asing tak dikenal olehnya
yang lebih jelek keadaannya daripada tanah asalnya, tapi dia memilih
pergi ke tanah Mesir. Mengapa? Karena di jaman itu, Mesir adalah satu²
daerah beradab yang setara kualitasnya dengan negara asalnya
Mesopotamia. Setelah wabah kelaparan berakhir, Abraham kembali lagi ke
Kanaan, tanah indah yang disediakan tuhannya baginnya, dan tanah warisan
bagi Ishak putranya. Abraham lebih memilih pergi sebentar ke Mesir,
bahkan jikalau dia harus meninggalkan Kanaan untuk sementara. Dengan
begitu, bagaimana mungkin dia bisa pergi ke gurun pasir tak dikenal
seperti Arabia barat, letak Mekah kelak dibangun?
Para kepala keluarga yang hidup di
sekitar Abraham tidak pernah menyebut Abraham melakukan perjalanan ke
gurun pasir tak dikenal Arabia tengah di jamannya. Tiada nabi apapun di
Alkitab dan literatur keturunan Abraham yang menyatakan perjalanan ke
Arabia.
Guna menjelaskan hal ini, maka aku
membuat pengandaian jika Abraham benar² memilih pergi ke Arabia barat.
Jika benar begitu, mengapa keturunannya tidak pernah menulis tentang
perjalanan bersejarah ke Arabia ini? Mereka mencatat semua kehidupan
Abraham dengan terperinci, dari sejak dia mulai berangkat ke Tanah
Perjanjian, tapi mengapa mereka lalu tidak mencatat perjalanan penting
ke Arabia?
Kita tahu Musa mencatat kehidupan
Abraham dengan penuh detail. Bagaimana mungkin Musa bisa luput mencatat
perjalanan besar ke Arabia dan tidak menyertakan pengakuan Muslim
bahwa Abraham membangun kuil Ka’bah di Mekah? Bagaimana mungkin semua
nabi Israel diam saja tentang kejadian yang begitu penting, jika itu
memang benar² terjadi? Mengapa kita tak menemukan satu pun keterangan
perjalanan Abraham ke Arabia di seluruh catatan² kuno Ibrani? Jika
Abraham memang mengunjungi gurun pasir Arabia, di tempat Mekah kelak
dibangun di abad ke-4 M, maka dia tentunya adalah pionir pendiri kota
itu. Keturunannya akan menyampaikan prestasi cemerlang ini ke berbagai
nabi, sejarawan, dan penulis² lainnya. Kuil Ka’bah di Mekah akan jadi
tempat ziarah bagi keturunan Ishak dan Yakub kerana pentingnya peranan
Abraham sebagai bapak utama kepercayaan mereka. Tapi kita tidak melihat
siapapun dari bani Israel, sejak jaman Musa sampai ke jaman berbagai
nabi lainnya, pergi mencari tempat ibadah Ka’bah di Arabia atau naik
haji ke Mekah.
Agar lebih jelas lagi, maka bayangkan
jika orang² Alaska mengaku bahwa Shakespear hidup diantara mereka dan
membangun kuil ibadah di Alaska. Untuk membenarkan pengakuan mereka,
masyarakat Alaska harus bisa menunjukkan bukti sejarah, dan bukannya
hanya bukti tulisan nabi mereka, atau kesaksian orang yang hidup
raturan tahun setelah jaman Shakespear. Satu²nya sumber terpercaya
adalah sejarah Inggris, karena tak ada sejarah apapun yang ditulis
orang Alaska di jaman Shakespear tentang kedatangannya ke Alaska.
Dengan begitu, kita bisa memeriksa bahwa sumber² sejarah asli Inggris
tidak pernah menyebutkan Shakespear mengunjungi Alaska. Hal ini sama
seperti membangun keterangan Abraham mengunjungi Arabia barat. Karena
tiadanya bukti tulisan kuno Arabia apapun di jaman Abraham tentang
kunjungan Abraham ke Mekah, maka satu²nya cara logis untuk memeriksa
kebenaran ini hanyalah dari semua tulisan² keturunan Abraham di Israel
sejak jaman Musa. Tiada satu pun keterangan mereka yang menyebut klaim
Islam bahwa Abraham pernah mengunjungi Mekah dan membangun kuil di
sana. Dengan begitu, kita bisa lihat bahwa klaim Islam bahwa Mekah
sudah ada sejak abad ke-21 SM dan Abraham membangun Ka’bah di Mekah,
adalah omong kosong semata dan kebohongan yang dijejalkan ke dalam
sejarah Islam. Setelah mengamati semua bukti ini, tak ada seorang pun
orang waras berakal yang bisa menerima klaim Islam tersebut.
Karena agamanya sudah terbukti salah
dalam mengutarakan fakta sejarah, maka seharusnya Muslim meninggalkan
Islam. Tiada orang waras yang mau menggantungkan semua nasib akhiratnya
pada agama yang mengandung begitu banyak kesalahan sejarah.
0 komentar: